PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 1 BANDAR BARU
PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 1 BANDAR BARU
A. Latar Belakang Masalah
Banyak pihak yang memperhatikan berbagai kegiatan dan permasalahan yang ada di bidang pendidikan. Karena melalui kegiatan pendidikan kualitas sumber daya manusia di suatu negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi kepentingan dan kebutuhan di setiap negara untuk terus berusaha meningkatkan pembangunannya di bidang pendidikan. Sehingga dari usaha-usaha tersebut dapat tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengikuti berbagai kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan merupakan usaha pembinaan kepribadian dan kemajuan manusia baik jasmani maupun rohani. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Hasil pendidikan dianggap tinggi mutunya apabila kemampuannya baik dalam lembaga pendidikan yang lebih tinggi maupun dalam masyarakat. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Hadi Setia Tunggal 2003:7) disebutkan mengenai fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional sebagai berikut.
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Dengan demikian bidang pendidikan menduduki posisi penting untuk menuju perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Sehingga tujuan pendidikan nasional di atas akan dapat tercapai apabila ada tanggung jawab dari semua pihak. Baik murid, orang tua, guru, pemerintah, lembaga pendidikan (sekolah) serta masyarakat. Sehingga pendidikan bukan hanya tanggung jawab dari salah satu pihak saja melainkan semua pihak juga harus terlibat.
Begitu juga dengan pemerintah Indonesia, pembangunan di bidang pendidikan juga selalu ditingkatkan. Pelaksanaan usaha dalam pendidikan ini diatur sesuai dengan tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 (Anggota IKAPI 2004:2) yang berbunyi sebagai berikut.
“..... untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi, dan keadilan sosial.....“
Usaha mencerdaskan kehidupan bangsa di Indonesia, secara operasional pelaksanaannya diatur dalam pasal 31 ayat 1,2,3,4 dan 5 UUD 1945 (Anggota IKAPI 2004:42) yang berbunyi sebagai berikut.
“(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakaan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupaan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”
Peraturan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia benar-benar memperhatikan bidang pendidikan rakyatnya. Bukti lain yang menunjukkan adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain: disahkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adanya program wajib belajar 9 tahun, pemberian beasiswa bagi siswa yang berprestasi, pemberian subsidi sarana dan prasarana oleh pemerintah di berbagai sekolah, digalakkannya program Disiplin Nasional dan masih banyak lagi.
Semua bentuk perhatian dan usaha pemerintah tersebut dilaksanakan dan ditetapkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, sehingga melalui usaha yang telah ditempuh dapat menghasilkan insan-insan pembangunan yang berkualitas dan mengikuti kemajuan di berbagai sektor pembangunan.
Pendidikan sebagai usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu potensi dan kemampuan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, melainkan juga orang tua, sekolah, dan masyarakat. Disini, lingkungan keluarga yaitu ayah dan ibu yang sebenarnya memiliki tanggung jawab dan berperan sebagai pendidik paling utama dari anak-anaknya, pemberi dukungan pertama untuk belajar di rumah, memperhatikan kebutuhan sekolah anak, menyediakan peralatan dan fasilitas pendidikan anak dan lain-lain. Namun menyadari bahwa orang tua tidak mungkin sanggup mendidik dengan segala ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk bekal hidup anaknya, maka usaha pendidikan dalam keluarga perlu dibantu. Berkaitan dengan hal ini, dirasakan perlu adanya suatu lembaga yang membantu orang tua dalam usaha mendidik anak-anaknya.
Usaha untuk membantu pendidikan tersebut, akhirnya diusahakan dengan membentuk suatu lembaga pendidikan. Pembentukan lembaga pendidikan (sekolah-sekolah), ada yang diusahakan oleh pemerintah dan ada juga yang diusahakan oleh swasta. Kegiatan-kegiatan di suatu lembaga pendidikan (sekolah) ditujukan untuk mendidik dan membekali anak dengan berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dapat bermanfaat untuk masa depannya. Faktor guru, fasilitas sekolah, sarana dan prasarana yang memadai, sangat mendukung pendidikan anak di lingkungan sekolah.
Anak sebagai peserta didik menjadi sasaran utama dalam kegiatan pendidikan, dimana mereka diharapkan dapat mencapai keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari kemampuannya dalam menguasai materi pelajaran, prestasi belajar yang dicapai siswa, ketrampilan dan kebenaran dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan lain-lain.
Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa yang menunjukkan tingkat keberhasilan belajarnya, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar diri siswa. M. Ngalim Purwanto, MP (2004:102) berpendapat sebagai berikut :
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat kita bedakan menjadi dua golongan yaitu:
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri, disebut faktor individual
2. Faktor yang ada di luar individu, yang disebut faktor sosial.
Yang termasuk ke dalam faktor individual adalah faktor kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedang yang termasuk faktor sosial adalah faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat berarti bahwa lingkungan belajar termasuk ke dalam salah satu faktor sosial yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa. Lingkungan belajar siswa yang baik akan dapat mendorong siswa meraih prestasi yang tinggi pula.
Kurangnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan putra-putrinya dan kurangnya perhatian terhadap proses belajar siswa di rumah sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Begitu pula dengan lingkungan sekolah yang belum optimal dalam pelaksanaan tata tertib sekolah, belum adanya sanksi yang benar-benar mendidik, fasilitas belajar yang masih dirasa kurang, guru-guru yang kurang profesional, serta ada beberapa sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai.
Masih sejalan dengan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa lingkungan belajar merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Siswa senantiasa berhadapan dengan lingkungan belajar yang merupakan bagian dari proses belajarnya. Lingkungan belajar memberikan kontribusi besar terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Siswa akan selalu berhubungan dengan guru dalam kegiatan belajar mengajar, menggunakan fasilitas-fasilitas belajar yang disediakan sekolah, serta membutuhkan sarana dan prasarana sekolah yang memadai.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa lingkungan belajar mempunyai peranan dalam pendidikan pada umumnya dan pencapaian prestasi belajar pada khususnya. Latar belakang masalah di atas perlu dikaji lebih lanjut, oleh karena itu peneliti berminat mengadakan penelitian dengan judul: “PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 1 BANDAR BARU”.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak pada uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa SMP N 1 Bandar Baru?
2. Lingkungan belajar apa sajakah yang mempengaruhi prestasi belajar siswa SMP N 1 Bandar Baru?
3. Bagaimanakah solusi agar lingkungan belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SMP N 1 Bandar Baru?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
1. mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa pada SMP N 1 Bandar Baru.
2. Mengetahui lingkungan belajar apa sajakah yang mempengaruhi prestasi belajar siswa SMP N 1 Bandar Baru.
3. Mengetahui solusi yang diambil dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMP N 1 Bandar Baru.
D. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan di atas, maka manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang lingkungan belajar.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep-konsep atas teori-teori tentang hubungan lingkungan belajar terhadap prestasi siswa.
c. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan hubungan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai masukan bagi para guru SMP N 1 Bandar Baru khususnya dan masyarakat pada umumnya tentang lingkungan belajar dalam rangka mencari strategi belajar mengajar yang baik untuk mencapai peningkatan prestasi belajar siswa.
b. Untuk menumbuhkaan kesadaran bagi guru agar membina dan membimbing disiplin belajar siswanya agar berkembang semaksimal mungkin.
c. Untuk menumbuhkan kesadaran bagi orang tua dalam memperhatikan fasilitas belajar anak, perhatian terhadap pendidikan anak, dan motivasi yang diberikan kepada anak di lingkungan keluarga.
d. Sebagai masukan bagi Kepala Sekolah untuk dapat lebih efektif dalam menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan baru yang lebih baik untuk untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswanya.
e. Untuk menumbuhkan kesadaran pihak sekolah dalam memperhatikan masalah fasilitas belajar di sekolah dan sarana prasarana sekolah untuk menunjang peningkatan mutu pendidikan.
f. Bagi siswa akan dapat memotivasi semangat belajar dengan menciptakan lingkungan belajar yang baik untuk meningkatkan prestasi belajar.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris (Moh. Nazir 1999:182). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: lingkungan belajar mempunyai pengaruh terhadap prestasi siswa pada SMP N 1 Bandar Baru.
F. Defenisi Istilah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul penelitian ini, maka diberikan penegasan istilah sebagai berikut :
1. Prestasi Belajar
Tulus Tu’u (2004:75) menyatakan “prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Dalam penelitian ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata siswa kelas VII SMP N 1 Bandar Baru semester I Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Lingkungan sekolah/belajar
Imam Supardi (2003:2) menyatakan “lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati”.
Syamsu Yusuf (2001:54) menyatakan “Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.”
Jadi, lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan formal yang secarasistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa mengembangkan potensinya.
G. Landasan Teoritis
1. Pengertian Lingkungan Belajar/Sekolah
Menurut Imam Supardi (2003:2) menyatakan “lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati”.
Menurut Syamsu Yusuf (2001:54), sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Jadi, lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan pendidikan dan membantu siswa mengembangkan potensinya.
2. Unsur-unsur Lingkungan Sekolah
Sebagaimana halnya dengan keluarga dan institusi sosial lainnya, sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan suatu sistem sosial yang mempunyai organisasi yang unik dan pola relasi sosial diantara para anggotanya yang bersifat unik pula. Ini kita sebut kebudayaan sekolah. Menurut Abu Ahmadi (1991:187) menyatakan sebagai berikut.
Kebudayaan sekolah itu mempunyai beberapa unsur penting, yaitu:
1) Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah, meubelier, perlengkapan yang lain).
2) Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
3) Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiriatas siswa, guru, non teaching specialist dan tenaga administrasi.
4) Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.
Sedangkan Slameto (2003:64) menyatakan “faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah”.
Untuk lebih lanjut akan diuraikan sebagai berikut :
a. Metode Mengajar
Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
b. Kurikulum
Diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Begitu pula mengenai pengaturan waktu sekolah dan standar pelajaran yang harus ditetapkan secara jelas dan tepat.
Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Di mana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa
masuk sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah/lemah, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan di dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan perpikir pada kondisi badan yang lemah tadi. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing sesuai dengan kurikulum yang ada. Jangan memberi pelajaran di atas ukuran standar.
c. Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juag dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.
Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Maka, ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.
d. Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan-alasan yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Jika hal ini terjadi, segeralah siswa diberi layanan bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat diterima kembali ke dalam kelompoknya.
e. Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru
dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa.
Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin juga.
f. Fasilitas sekolah
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
Kenyataan saat ini dengan banyaknya tuntutan yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar siswa dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula. Fasilitas-fasilitas olahraga juga diperlukan untuk menampung bakat siswa, ruang UKS, koperasi sekolah, kantin, tempat parkir, mushola, kamar mandi/WC, dan lain-lain.
Dari penjelasan di atas jelas sudah, bahwa lingkungan sekolah sangat besar peranannya di dalam menentukan dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator lingkungan sekolah meliputi:
1) Metode mengajar
2) Kurikulum
3) Relasi guru dengan siswa
4) Relasi siswa dengan siswa
5) Disiplin sekolah
6) Fasilitas sekolah.
3. Pengertian Belajar
Selanjutnya akan diuraikan pendapat para ahli tentang pengertian belajar.
1) Slameto (2003:2) menyatakan “belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
2) W.S.Winkel yang dikutip oleh Max Darsono (2000:4) berpendapat “belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap”.
Sesuai dengan kedua pendapat tentang pengertian belajar di atas, terkandung pengertian bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk memperoleh perubahan secara menyeluruh dalam tingkah lakunya, sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
3) Menurut Margaret E. Bell Gredler (1991:1) menyatakan ”belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, ketrampilan, dan sikap”.
4) Menurut Gagne yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (1999:10) menyatakan “belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi, lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru”.
Kedua pendapat terakhir di atas mempunyai maksud bahwa belajar merupakan suatu proses yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kapabilitas baru pada dirinya berupa ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
4. Prestasi Belajar
Menurut Tulus Tu’u (2004:75) menyatakan “prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.
Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hal itu, prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
b. Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.
c. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka
nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
Hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku nilai guru dan wali kelas serta arsip yang ada di bagian administrasi kurikulum sekolah. Selain itu, hasil evaluasi juga disampaikan kepada siswa dan orang tua melalui buku yang disampaikan pada waktu pembagian rapor akhir semester, kenaikan atau kelulusan.
Jadi, prestasi belajar siswa terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa. Nana Sudjana (1990:23) mengatakan “diantara ketiga ranah ini, yakni kognitif, afektif, psikomotorik, maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran”. Karena itu, unsur yang ada dalam prestasi siswa terdiri dari hasil belajar dan nilai.
H. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Bandar Baru, Jln. Banda Aceh-Medan Km.132, Desa Keude Lueng Putu, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya.
b. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanankan pada bulan Februari- Maret tahun 2013.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Dalam penelitian selalu dihadapkan pada sumber data yang disebut populasi dan sampel. Namun dalam menentukan sumber data tergantung pada permasalahan yang diajukan oleh penelitian serta hipotesa yang hendak diuji kebenarannya. Pengertian populasi didefinisikan sebagai “keseluruhan subjek penelitian, apabila seorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian itu merupakan penelitian populasi”. (Suharsimi Arikunto 2002 :108).
“Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, apabila hanya sebagian yang diambil dari populasi disebut penelitian sampel”. (Sudjana 2002:6 ).
Dari pengertian dan penjelasan tentang populasi dan sampel tersebut, maka yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester I Tahun Ajaran 2012/2013. Dimana berjumlah 10 kelas dengan total siswa keseluruhan 400 siswa.
b. Sampel
“Pengertian sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. (Suharsimi Arikunto 2002:109). “Untuk ancer-ancer apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua, Sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyek besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih”. (Suharsimi Arikunto 2002: 112).
Jumlah siswa seluruhnya adalah 400 siswa. Artinya populasi lebih dari 100 siswa. Dengan pertimbangan tersebut maka penelitian ini menetapkan sampel sebanyak 87 siswa dari dua kelas berbeda yaitu satu kelas berjumlah 37 siswa dan kelas satu lagi berjumlah 40 siswa.
Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik acak dari seluruh kelas yang ada, dimana diambil dua kelas saja sebagai objek penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002:206). Peneliti menggunakan angket atau kuesioner langsung kepada siswa (sampel) berdasarkan jumlah responden yang telah ditentukan sebelumnya. Jenis angket angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan oleh peneliti.
2) Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber (Arikunto, 2002:206). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data tentang nilai siswa dan lain sebagainya.
4. Teknik Analisis Data
Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Teknis analisis dalam penelitian ini akan menggunakan program SPSS For windows dengan versi 17.0. analisis data yang digunakan adalah analisis statistik yang terdiri atas:
a. Analisis statistik inferensial
Tujuan analisis inferensial adalah untuk mengetahui pengaruh atau
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat baik secara persial maupun simultan. Nalisa data penelitian ini menggunakan analisa Regresi linier Berganda, yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama (simultan) maupun sendiri-sendiri (parsial) antara variabel bebas (X dan variabel terikat (Y). Adapun rumus persamaan Regresi Linier Berganda adalah sebagai berikut.
Y = a + bx + E
Dimana:
Y = Subyek/nilai dalam variabel terikat yang diprediksikan
a = Harga Y apabila x = 0 (bilangan konstanta)
b = Angka arah atau koefesien regresi
x = Variabel bebas 1 (lingkungan sekolah)
E = Error (Arikunto, 2002:270).
b. Uji hipotesis
Dengan tingkat keyakinan 95%, hipotesis penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
Ho : Lingkungan sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 1 Bandar Baru.
Ha : Lingkungan sekolah berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 1 Bandar Baru.
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t dan uji F.
1) Pengujian t
Dalam penelitian ini dilakukan uji t yang fungsinya untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Uji t dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut.
t = bi –Bi
Sbi
Dimana:
bi = Nilai koefesien regresi
Bi = Nilai koefesien regresi untuk populasi
Sbi = Kesalahan buku koefesien regresi (Arikunto, 2002:270).
Keterangan: untuk mempermudah penelitian ini, data dianalisis menggunakan SPSS 17.0 For Windows.
Setelah digunakan analisis data maka langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai signifikansi 0,05. Dari keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan apakan hipotesis no (Ho) atau hipotesis alternatif (Ha) ditolah atau diterima. Kriteria untuk penerimaan dan penolakan suatu hipotesis adalah:
a) Nilai t hitung < t tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak b) Nilai t hitung > t tabel, maka hipotesisi nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima
c) Signifikansi t ≤ 0,05, maka hipotesisi nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima
d) Signifikansi t > 0,05, maka hipotesisi nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
2) Pengujian f
Sedangkan pengujian f dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama atau simultan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Uji F dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut
F = R2/k
(1-R2)/(n-k-1)
Dimana:
R = Koefesien korelasi linier berganda
n = Banyaknya data
k = Banyaknya variabel bebas (Arikunto, 2002:274).
Keterangan: untuk mempermudah penelitian ini, data dianalisis menggunakan SPSS 17.0 For Windows.
Setelah dilakukan analisis data dan diketahui hasil perhitungannya, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai signifikansi dengan taraf signifikansi 0,05. Dari keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan apakah hipotesis nol (Ho) atau hipotesis alternatif (Ha) ditolak atau diterima. Kriteria untuk penerimaan dan penolakan suatu hipotesis adalah:
a) Nilai F hitung < F tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. b) Nilai F hitung > F tabel, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Atau melihat signifikansi F, yaitu:
a) Signifikansi F ≤ 0,05, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
b) Signifikansi F > 0,05, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Anggota IKAPI. 2004. Amandemen UUD 1945 Perubahan Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat dalam satu naskah. Yogyakarta: Media Pressindo
Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
E. Bell Gredler, Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV Rajawali Pers dengan Pusat Antar Universitas di Universitas Terbuka.
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud dan Rineka Cipta.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). 1997. Disiplin Nasional. Jakarta: PT Balai Pustaka – Lemhannas.
Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Purwanto, M. Ngalim, MP. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
-----. 1997. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Gunung Mulia.
Setia Tunggal, Hadi. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Harvarindo.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana. 1990. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Supardi, Imam. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandumg : PT Alumni.
Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.
A. Latar Belakang Masalah
Banyak pihak yang memperhatikan berbagai kegiatan dan permasalahan yang ada di bidang pendidikan. Karena melalui kegiatan pendidikan kualitas sumber daya manusia di suatu negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi kepentingan dan kebutuhan di setiap negara untuk terus berusaha meningkatkan pembangunannya di bidang pendidikan. Sehingga dari usaha-usaha tersebut dapat tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengikuti berbagai kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan merupakan usaha pembinaan kepribadian dan kemajuan manusia baik jasmani maupun rohani. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Hasil pendidikan dianggap tinggi mutunya apabila kemampuannya baik dalam lembaga pendidikan yang lebih tinggi maupun dalam masyarakat. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Hadi Setia Tunggal 2003:7) disebutkan mengenai fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional sebagai berikut.
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Dengan demikian bidang pendidikan menduduki posisi penting untuk menuju perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Sehingga tujuan pendidikan nasional di atas akan dapat tercapai apabila ada tanggung jawab dari semua pihak. Baik murid, orang tua, guru, pemerintah, lembaga pendidikan (sekolah) serta masyarakat. Sehingga pendidikan bukan hanya tanggung jawab dari salah satu pihak saja melainkan semua pihak juga harus terlibat.
Begitu juga dengan pemerintah Indonesia, pembangunan di bidang pendidikan juga selalu ditingkatkan. Pelaksanaan usaha dalam pendidikan ini diatur sesuai dengan tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 (Anggota IKAPI 2004:2) yang berbunyi sebagai berikut.
“..... untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi, dan keadilan sosial.....“
Usaha mencerdaskan kehidupan bangsa di Indonesia, secara operasional pelaksanaannya diatur dalam pasal 31 ayat 1,2,3,4 dan 5 UUD 1945 (Anggota IKAPI 2004:42) yang berbunyi sebagai berikut.
“(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakaan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupaan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”
Peraturan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia benar-benar memperhatikan bidang pendidikan rakyatnya. Bukti lain yang menunjukkan adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain: disahkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adanya program wajib belajar 9 tahun, pemberian beasiswa bagi siswa yang berprestasi, pemberian subsidi sarana dan prasarana oleh pemerintah di berbagai sekolah, digalakkannya program Disiplin Nasional dan masih banyak lagi.
Semua bentuk perhatian dan usaha pemerintah tersebut dilaksanakan dan ditetapkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, sehingga melalui usaha yang telah ditempuh dapat menghasilkan insan-insan pembangunan yang berkualitas dan mengikuti kemajuan di berbagai sektor pembangunan.
Pendidikan sebagai usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu potensi dan kemampuan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, melainkan juga orang tua, sekolah, dan masyarakat. Disini, lingkungan keluarga yaitu ayah dan ibu yang sebenarnya memiliki tanggung jawab dan berperan sebagai pendidik paling utama dari anak-anaknya, pemberi dukungan pertama untuk belajar di rumah, memperhatikan kebutuhan sekolah anak, menyediakan peralatan dan fasilitas pendidikan anak dan lain-lain. Namun menyadari bahwa orang tua tidak mungkin sanggup mendidik dengan segala ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk bekal hidup anaknya, maka usaha pendidikan dalam keluarga perlu dibantu. Berkaitan dengan hal ini, dirasakan perlu adanya suatu lembaga yang membantu orang tua dalam usaha mendidik anak-anaknya.
Usaha untuk membantu pendidikan tersebut, akhirnya diusahakan dengan membentuk suatu lembaga pendidikan. Pembentukan lembaga pendidikan (sekolah-sekolah), ada yang diusahakan oleh pemerintah dan ada juga yang diusahakan oleh swasta. Kegiatan-kegiatan di suatu lembaga pendidikan (sekolah) ditujukan untuk mendidik dan membekali anak dengan berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dapat bermanfaat untuk masa depannya. Faktor guru, fasilitas sekolah, sarana dan prasarana yang memadai, sangat mendukung pendidikan anak di lingkungan sekolah.
Anak sebagai peserta didik menjadi sasaran utama dalam kegiatan pendidikan, dimana mereka diharapkan dapat mencapai keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari kemampuannya dalam menguasai materi pelajaran, prestasi belajar yang dicapai siswa, ketrampilan dan kebenaran dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan lain-lain.
Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa yang menunjukkan tingkat keberhasilan belajarnya, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar diri siswa. M. Ngalim Purwanto, MP (2004:102) berpendapat sebagai berikut :
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat kita bedakan menjadi dua golongan yaitu:
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri, disebut faktor individual
2. Faktor yang ada di luar individu, yang disebut faktor sosial.
Yang termasuk ke dalam faktor individual adalah faktor kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedang yang termasuk faktor sosial adalah faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat berarti bahwa lingkungan belajar termasuk ke dalam salah satu faktor sosial yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa. Lingkungan belajar siswa yang baik akan dapat mendorong siswa meraih prestasi yang tinggi pula.
Kurangnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan putra-putrinya dan kurangnya perhatian terhadap proses belajar siswa di rumah sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Begitu pula dengan lingkungan sekolah yang belum optimal dalam pelaksanaan tata tertib sekolah, belum adanya sanksi yang benar-benar mendidik, fasilitas belajar yang masih dirasa kurang, guru-guru yang kurang profesional, serta ada beberapa sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai.
Masih sejalan dengan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa lingkungan belajar merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Siswa senantiasa berhadapan dengan lingkungan belajar yang merupakan bagian dari proses belajarnya. Lingkungan belajar memberikan kontribusi besar terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Siswa akan selalu berhubungan dengan guru dalam kegiatan belajar mengajar, menggunakan fasilitas-fasilitas belajar yang disediakan sekolah, serta membutuhkan sarana dan prasarana sekolah yang memadai.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa lingkungan belajar mempunyai peranan dalam pendidikan pada umumnya dan pencapaian prestasi belajar pada khususnya. Latar belakang masalah di atas perlu dikaji lebih lanjut, oleh karena itu peneliti berminat mengadakan penelitian dengan judul: “PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 1 BANDAR BARU”.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak pada uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa SMP N 1 Bandar Baru?
2. Lingkungan belajar apa sajakah yang mempengaruhi prestasi belajar siswa SMP N 1 Bandar Baru?
3. Bagaimanakah solusi agar lingkungan belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SMP N 1 Bandar Baru?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
1. mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa pada SMP N 1 Bandar Baru.
2. Mengetahui lingkungan belajar apa sajakah yang mempengaruhi prestasi belajar siswa SMP N 1 Bandar Baru.
3. Mengetahui solusi yang diambil dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMP N 1 Bandar Baru.
D. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan di atas, maka manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang lingkungan belajar.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep-konsep atas teori-teori tentang hubungan lingkungan belajar terhadap prestasi siswa.
c. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan hubungan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai masukan bagi para guru SMP N 1 Bandar Baru khususnya dan masyarakat pada umumnya tentang lingkungan belajar dalam rangka mencari strategi belajar mengajar yang baik untuk mencapai peningkatan prestasi belajar siswa.
b. Untuk menumbuhkaan kesadaran bagi guru agar membina dan membimbing disiplin belajar siswanya agar berkembang semaksimal mungkin.
c. Untuk menumbuhkan kesadaran bagi orang tua dalam memperhatikan fasilitas belajar anak, perhatian terhadap pendidikan anak, dan motivasi yang diberikan kepada anak di lingkungan keluarga.
d. Sebagai masukan bagi Kepala Sekolah untuk dapat lebih efektif dalam menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan baru yang lebih baik untuk untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswanya.
e. Untuk menumbuhkan kesadaran pihak sekolah dalam memperhatikan masalah fasilitas belajar di sekolah dan sarana prasarana sekolah untuk menunjang peningkatan mutu pendidikan.
f. Bagi siswa akan dapat memotivasi semangat belajar dengan menciptakan lingkungan belajar yang baik untuk meningkatkan prestasi belajar.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris (Moh. Nazir 1999:182). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: lingkungan belajar mempunyai pengaruh terhadap prestasi siswa pada SMP N 1 Bandar Baru.
F. Defenisi Istilah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul penelitian ini, maka diberikan penegasan istilah sebagai berikut :
1. Prestasi Belajar
Tulus Tu’u (2004:75) menyatakan “prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Dalam penelitian ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata siswa kelas VII SMP N 1 Bandar Baru semester I Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Lingkungan sekolah/belajar
Imam Supardi (2003:2) menyatakan “lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati”.
Syamsu Yusuf (2001:54) menyatakan “Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.”
Jadi, lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan formal yang secarasistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa mengembangkan potensinya.
G. Landasan Teoritis
1. Pengertian Lingkungan Belajar/Sekolah
Menurut Imam Supardi (2003:2) menyatakan “lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati”.
Menurut Syamsu Yusuf (2001:54), sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Jadi, lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan pendidikan dan membantu siswa mengembangkan potensinya.
2. Unsur-unsur Lingkungan Sekolah
Sebagaimana halnya dengan keluarga dan institusi sosial lainnya, sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan suatu sistem sosial yang mempunyai organisasi yang unik dan pola relasi sosial diantara para anggotanya yang bersifat unik pula. Ini kita sebut kebudayaan sekolah. Menurut Abu Ahmadi (1991:187) menyatakan sebagai berikut.
Kebudayaan sekolah itu mempunyai beberapa unsur penting, yaitu:
1) Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah, meubelier, perlengkapan yang lain).
2) Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
3) Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiriatas siswa, guru, non teaching specialist dan tenaga administrasi.
4) Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.
Sedangkan Slameto (2003:64) menyatakan “faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah”.
Untuk lebih lanjut akan diuraikan sebagai berikut :
a. Metode Mengajar
Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
b. Kurikulum
Diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Begitu pula mengenai pengaturan waktu sekolah dan standar pelajaran yang harus ditetapkan secara jelas dan tepat.
Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Di mana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa
masuk sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah/lemah, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan di dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan perpikir pada kondisi badan yang lemah tadi. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing sesuai dengan kurikulum yang ada. Jangan memberi pelajaran di atas ukuran standar.
c. Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juag dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.
Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Maka, ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.
d. Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan-alasan yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Jika hal ini terjadi, segeralah siswa diberi layanan bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat diterima kembali ke dalam kelompoknya.
e. Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru
dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa.
Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin juga.
f. Fasilitas sekolah
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
Kenyataan saat ini dengan banyaknya tuntutan yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar siswa dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula. Fasilitas-fasilitas olahraga juga diperlukan untuk menampung bakat siswa, ruang UKS, koperasi sekolah, kantin, tempat parkir, mushola, kamar mandi/WC, dan lain-lain.
Dari penjelasan di atas jelas sudah, bahwa lingkungan sekolah sangat besar peranannya di dalam menentukan dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator lingkungan sekolah meliputi:
1) Metode mengajar
2) Kurikulum
3) Relasi guru dengan siswa
4) Relasi siswa dengan siswa
5) Disiplin sekolah
6) Fasilitas sekolah.
3. Pengertian Belajar
Selanjutnya akan diuraikan pendapat para ahli tentang pengertian belajar.
1) Slameto (2003:2) menyatakan “belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
2) W.S.Winkel yang dikutip oleh Max Darsono (2000:4) berpendapat “belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap”.
Sesuai dengan kedua pendapat tentang pengertian belajar di atas, terkandung pengertian bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk memperoleh perubahan secara menyeluruh dalam tingkah lakunya, sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
3) Menurut Margaret E. Bell Gredler (1991:1) menyatakan ”belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, ketrampilan, dan sikap”.
4) Menurut Gagne yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (1999:10) menyatakan “belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi, lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru”.
Kedua pendapat terakhir di atas mempunyai maksud bahwa belajar merupakan suatu proses yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kapabilitas baru pada dirinya berupa ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
4. Prestasi Belajar
Menurut Tulus Tu’u (2004:75) menyatakan “prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.
Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hal itu, prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
b. Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.
c. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka
nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
Hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku nilai guru dan wali kelas serta arsip yang ada di bagian administrasi kurikulum sekolah. Selain itu, hasil evaluasi juga disampaikan kepada siswa dan orang tua melalui buku yang disampaikan pada waktu pembagian rapor akhir semester, kenaikan atau kelulusan.
Jadi, prestasi belajar siswa terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa. Nana Sudjana (1990:23) mengatakan “diantara ketiga ranah ini, yakni kognitif, afektif, psikomotorik, maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran”. Karena itu, unsur yang ada dalam prestasi siswa terdiri dari hasil belajar dan nilai.
H. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Bandar Baru, Jln. Banda Aceh-Medan Km.132, Desa Keude Lueng Putu, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya.
b. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanankan pada bulan Februari- Maret tahun 2013.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Dalam penelitian selalu dihadapkan pada sumber data yang disebut populasi dan sampel. Namun dalam menentukan sumber data tergantung pada permasalahan yang diajukan oleh penelitian serta hipotesa yang hendak diuji kebenarannya. Pengertian populasi didefinisikan sebagai “keseluruhan subjek penelitian, apabila seorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian itu merupakan penelitian populasi”. (Suharsimi Arikunto 2002 :108).
“Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, apabila hanya sebagian yang diambil dari populasi disebut penelitian sampel”. (Sudjana 2002:6 ).
Dari pengertian dan penjelasan tentang populasi dan sampel tersebut, maka yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester I Tahun Ajaran 2012/2013. Dimana berjumlah 10 kelas dengan total siswa keseluruhan 400 siswa.
b. Sampel
“Pengertian sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. (Suharsimi Arikunto 2002:109). “Untuk ancer-ancer apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua, Sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyek besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih”. (Suharsimi Arikunto 2002: 112).
Jumlah siswa seluruhnya adalah 400 siswa. Artinya populasi lebih dari 100 siswa. Dengan pertimbangan tersebut maka penelitian ini menetapkan sampel sebanyak 87 siswa dari dua kelas berbeda yaitu satu kelas berjumlah 37 siswa dan kelas satu lagi berjumlah 40 siswa.
Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik acak dari seluruh kelas yang ada, dimana diambil dua kelas saja sebagai objek penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002:206). Peneliti menggunakan angket atau kuesioner langsung kepada siswa (sampel) berdasarkan jumlah responden yang telah ditentukan sebelumnya. Jenis angket angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan oleh peneliti.
2) Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber (Arikunto, 2002:206). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data tentang nilai siswa dan lain sebagainya.
4. Teknik Analisis Data
Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Teknis analisis dalam penelitian ini akan menggunakan program SPSS For windows dengan versi 17.0. analisis data yang digunakan adalah analisis statistik yang terdiri atas:
a. Analisis statistik inferensial
Tujuan analisis inferensial adalah untuk mengetahui pengaruh atau
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat baik secara persial maupun simultan. Nalisa data penelitian ini menggunakan analisa Regresi linier Berganda, yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama (simultan) maupun sendiri-sendiri (parsial) antara variabel bebas (X dan variabel terikat (Y). Adapun rumus persamaan Regresi Linier Berganda adalah sebagai berikut.
Y = a + bx + E
Dimana:
Y = Subyek/nilai dalam variabel terikat yang diprediksikan
a = Harga Y apabila x = 0 (bilangan konstanta)
b = Angka arah atau koefesien regresi
x = Variabel bebas 1 (lingkungan sekolah)
E = Error (Arikunto, 2002:270).
b. Uji hipotesis
Dengan tingkat keyakinan 95%, hipotesis penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
Ho : Lingkungan sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 1 Bandar Baru.
Ha : Lingkungan sekolah berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 1 Bandar Baru.
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t dan uji F.
1) Pengujian t
Dalam penelitian ini dilakukan uji t yang fungsinya untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Uji t dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut.
t = bi –Bi
Sbi
Dimana:
bi = Nilai koefesien regresi
Bi = Nilai koefesien regresi untuk populasi
Sbi = Kesalahan buku koefesien regresi (Arikunto, 2002:270).
Keterangan: untuk mempermudah penelitian ini, data dianalisis menggunakan SPSS 17.0 For Windows.
Setelah digunakan analisis data maka langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai signifikansi 0,05. Dari keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan apakan hipotesis no (Ho) atau hipotesis alternatif (Ha) ditolah atau diterima. Kriteria untuk penerimaan dan penolakan suatu hipotesis adalah:
a) Nilai t hitung < t tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak b) Nilai t hitung > t tabel, maka hipotesisi nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima
c) Signifikansi t ≤ 0,05, maka hipotesisi nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima
d) Signifikansi t > 0,05, maka hipotesisi nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
2) Pengujian f
Sedangkan pengujian f dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama atau simultan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Uji F dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut
F = R2/k
(1-R2)/(n-k-1)
Dimana:
R = Koefesien korelasi linier berganda
n = Banyaknya data
k = Banyaknya variabel bebas (Arikunto, 2002:274).
Keterangan: untuk mempermudah penelitian ini, data dianalisis menggunakan SPSS 17.0 For Windows.
Setelah dilakukan analisis data dan diketahui hasil perhitungannya, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai signifikansi dengan taraf signifikansi 0,05. Dari keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan apakah hipotesis nol (Ho) atau hipotesis alternatif (Ha) ditolak atau diterima. Kriteria untuk penerimaan dan penolakan suatu hipotesis adalah:
a) Nilai F hitung < F tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. b) Nilai F hitung > F tabel, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Atau melihat signifikansi F, yaitu:
a) Signifikansi F ≤ 0,05, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
b) Signifikansi F > 0,05, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Anggota IKAPI. 2004. Amandemen UUD 1945 Perubahan Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat dalam satu naskah. Yogyakarta: Media Pressindo
Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
E. Bell Gredler, Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV Rajawali Pers dengan Pusat Antar Universitas di Universitas Terbuka.
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud dan Rineka Cipta.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). 1997. Disiplin Nasional. Jakarta: PT Balai Pustaka – Lemhannas.
Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Purwanto, M. Ngalim, MP. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
-----. 1997. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Gunung Mulia.
Setia Tunggal, Hadi. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Harvarindo.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana. 1990. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Supardi, Imam. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandumg : PT Alumni.
Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.
Komentar
Posting Komentar