Kenakalan Remaja yang Disebabkan Faktor Keluarga
Kenakalan Remaja yang
Disebabkan Faktor Keluarga
Kenakalan
remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin
“juvenilis” yang ertinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa
muda, sifat-sifat khas pada masa remaja, sedangkan Delinquent berasal dari
bahasa latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian
diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, kutu dan
sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat
atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial
pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial,
sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.
Berdasarkan teori perkembangan fisik, remaja dibagi menjadi remaja awal dan remaja akhir.Remaja awal dimulai dari usia 13-17 tahun sedangkan remaja akhir dimulai dari usia18-19 tahun. Jaman sekarang, sering kali kita mendengar banyak remaja-remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja, seperti perkelahian,narkoba, sex bebas sampai masalah paling parah, seperti tindakankriminal.Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya.
Berdasarkan teori perkembangan fisik, remaja dibagi menjadi remaja awal dan remaja akhir.Remaja awal dimulai dari usia 13-17 tahun sedangkan remaja akhir dimulai dari usia18-19 tahun. Jaman sekarang, sering kali kita mendengar banyak remaja-remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja, seperti perkelahian,narkoba, sex bebas sampai masalah paling parah, seperti tindakankriminal.Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya.
Gejala-gejala
yang dapat dilihat pada anak yang mengalami kenakalan remaja adalah :
1.
Anak
tidak disukai teman-temannya sehingga bersikap menyendiri.
2.
Anak sering menghindar dari tanggung jawab
mereka di rumah dan di sekolah.
3.
Anak sering mengeluh kalau mereka memiliki
permasalahan yang mereka sendiri tidak bisa selesaikan.
4.
Anak
mengalami phobia atau gelisah yang berbeda dengan orang-orang normal.
5.
Anak
jadi suka berbohong.
6.
Anak
suka menyakiti teman-temannya.
7.
Anak
tidak sanggup memusatkan perhatian
Keluarga
merupakan sosialisasi manusia yang terjadi pertama kali sejak lahir hingga perkembangannya
menjadi dewasa.Peran keluarga sangat penting bagi sosialisasi anak
dimasa perkembangannya.Berikut adalah peran keluarga :
1. Keluarga merupakan kelompok terkecil
dimana anggotanya berinteraksi secara tetap.
2. Terdapat hubungan emosional yang kuat antara orangtua dan anak.
3. Hubungan sosial yang terjadi relatif.
4. Memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman
2. Terdapat hubungan emosional yang kuat antara orangtua dan anak.
3. Hubungan sosial yang terjadi relatif.
4. Memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman
Faktor
keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Pengaruh
keluarga yang bisa menyebabkan kenakalan remaja adalah :
1.Keluarga yang
Broken Home
Masa
remaja adalah masa yang dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia
akan menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa
peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses
perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja
membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya
terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa
fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka
dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi
tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan yang
memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik
internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan
yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebaginya.
Masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan
masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan
dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital
dari kehidupannya.Penyebab timbulnya keluarga yang broken home antara lain:
a. Orang tua yang
bercerai
Perceraian
menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai
oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah
goyah dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis.
Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama
makin renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa
sehingga komunikasi terputus sama sekali.
b. Kebudayaan bisu
dalam keluarga
Kebudayaan
bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga.
Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam
komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Keluarga yang tanpa
dialog dan komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam
jiwa anak-anak. Bila orang tua sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau
penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan
membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja. Kenakalan remaja dapat
berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya,
karena orangtua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih
mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam
kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orangtua dengan memberikan
kesenangan materiil tidak mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat
digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti
melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.
c. Perang dingin
dalam keluarga
Dapat
dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu. Sebab
dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa
perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat
disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat dan pendiriannya sendiri,
sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri.
2. Pendidikan yang
salah
a. Sikap memanjakan
anak
Keluarga
menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Pendidikan pada
prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak. Pendidikan
yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak itu menjadi
seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan kewajibannya,
menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya. Sebaliknya
pendidikan yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik bagi perkembangan
pribadi anak. Salah satu pendidikan yang salah adalah memanjakan anak. Keadilan
orang tua yang tidak merata terhadap anak dapat berupa perbedaan dalam
pemberian fasilitas terhadap anak maupun perbedaan kasih sayang. Bagi anak yang
merasa diperlakukan tidak adil dapat menyebabkan kekecewaan anak pada orang
taunya dan akan merasa iri hati dengan saudara kandungnya. Dalam hubungan ini
biasanya anak melakukan protes terhadap orang tuanya yang diwujudkan dalam
berbagai bentuk kenakalan.
b. Anak tidak
diberikan pendidikan agama
Hal
ini dapat terjadi bila orang tua tidak meberikan pendidikan agama atau mencarikan
guru agama di rumah atau orang tua mau memberikan pendidikan agama dan
mencarikan guru agama tetapi anak tidak mau mengikuti. Bagi anak yang tidak
dapat mengikuti pendidikan agama akan cenderung untuk tidak mematuhi
ajaran-ajaran agama. Seseorang yang tidak patuh pada ajaran agama mudah
terjerumus pada perbuatan keji dan mungkar.
c. Pendidikan yang
diwarnai dengan tindakan kekerasan dan kekasaran
Pendidikan
yang dilandasi kekasaran dan kekerasan seperti marah, memaki,
berteriak/membentak, bertengkar dan memukul, ini mengakibatkan jiwa dan
psikologi remaja menjadi tertekan, selalu sedih, tidak percaya diri, tidak
berguna, tidak mampu mengendalikan diri, mendendam, dan memberontak. Remaja
seperti ini tidak akan mampu menghargai diri sendiri dan tidak mampu mengelola
serta mengontrol emosinya. Remaja ini melampiaskan emosinya di luar rumah dalam
bentuk perilaku nakal seperti memalak, mencuri, narkoba, free sex,
berkelahi/tawuran dan menyakiti fisik orang lain.
3. Anak yang ditolak
Penolakan
anak biasanya dilakukan oleh suami istri yang kurang dewasa secara psikis.
Misalkan mereka mengharapkan lahirnya anak laki-laki tetapi memperoleh anak
perempuan. Sering pula disebabkan oleh rasa tidak senang dengan anak pungut
atau anak dari saudara yang menumpang di rumah mereka. Faktor lain karena
anaknya lahir dengan keadaan cacat sehingga dihinggapi rasa malu. Anak-anak
yang ditolak akan merasa diabaikan, terhina dan malu sehingga mereka mudah
sekali mengembangkan pola penyesalan, kebencian, dan agresif.
4. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya
perhatian orang tua terhadap aktivitas anak.
5. Kurangnya
penerapan disiplin yang efektif.
Di
dalam menghadapi kenakalan remaja, orang tua kehendaknya dapat mengambil dua
sikap atau cara yaitu:
1. Sikap atau cara
yang bersifat preventif
Yaitu
perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si
anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam
hat sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikan atau mengadakan
tindakan sebagai berikut :
a.
Menanamkan
rasa disiplin dari ayah terhadap anak.
b.
Memberikan
pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.
c.
Pencurahan
kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.
d.
Menjaga
agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan
keluarga.
e.
Komunikasi
yang baik dan terbuka dalam keluarga.
Disamping
keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula:
a. Pendidikan agama untuk meletakkan
dasar moral yang baik dan berguna.
b. Penyaluran bakat si anak ke arah pekerjaan yang berguna dan produktif.
c. Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
d. Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.
b. Penyaluran bakat si anak ke arah pekerjaan yang berguna dan produktif.
c. Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
d. Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.
2. Sikap atau cara
yang bersifat represif
Yaitu
pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang
bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota
badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus
mengenai masalah kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap
anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap
sebagai berikut :
a.
Mengadakan
introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga
menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.
b.
Memahami
sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.
c.
Meminta
bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi
perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.
d.
Membuat
catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.
Sebaiknya
orangtua tidak bersikap terlalu overprotective. Akantetapi anak perlu diberikan
kebebasan untuk memilih apa yang dia suka dan tidakdia suka karena dengan
berjalannya waktu, anak juga dituntut untuk bersikap dewasa dan bertanggung
jawab terhadap hidup dan pilihan mereka. Oleh sebab itu,orangtua perlu
membiasakan diri untuk memberikan pengertian terhadap diri mereka dan percaya
kepada anak-anaknya. Tentu saja, orangtua juga tidak boleh memberikan kebebasan
yang berlebihan, tetapi tetap menjadi pengawas dan guru bagi mereka untuk
mengarahkan mereka ke jalan yang benar apabila arah mereka terlihat tidak
sesuai. Orangtua juga dapat terlibat dalam organisasi sosial yang bertujuan
menanggulangi kenakalan remaja. Dengan banyak ikut serta dan mengenal kehidupan
remaja, orangtua dapat menjadi sahabat yang baik bagi anak-anaknya serta dapat
menjadi tempat berkeluh kesahdan menjadi sesepuh bagi sang anak. Dengan
menanamkan arti kepercayaan, hubungan cinta dan rasa tenteram dalam keluarga
antara anak dan orang tua akan tercipta, serta akhirnya bisa turut mengurangi
kenakalan remaja.
Ingatlah selalu bahwa generasi muda adalah penerus bangsa dan negara. Tentu saja biladisuruh memilih, semua ingin menjadi anak yang memiliki nilai yang tinggi bagidiri sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara. INGAT!! Pilihan hidup ada di tangan kita sendiri dan jalan hidup akan dijalankan oleh kita sendiri juga. Oleh sebab itu, janganlah sampai salah langkah.
Ingatlah selalu bahwa generasi muda adalah penerus bangsa dan negara. Tentu saja biladisuruh memilih, semua ingin menjadi anak yang memiliki nilai yang tinggi bagidiri sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara. INGAT!! Pilihan hidup ada di tangan kita sendiri dan jalan hidup akan dijalankan oleh kita sendiri juga. Oleh sebab itu, janganlah sampai salah langkah.
Komentar
Posting Komentar