PERINTAH HIJRAH SETELAH 14 ABAD
PERINTAH
HIJRAH SETELAH 14 ABAD
1 Muharram 1438 H
Artinya
sudah 1438 tahun hijriyah berlalu sejak Rasulullah hijrah dari Makkah ke
Madinah, untuk menegakkan Islam secara kaaffah. Bisakah kita
mengimplementasikan makna hijrah ini dalam kehidupan umat akhir zaman??
Awal bulan Muharram 1438 Hijriah (2016M), sebagai
awal tahun baru Islam, hari yang teramat mulia , ada baiknya kita melakukan
perenungan kembali tentang apa yang telah kita lakukan selama kita menempuh
kehidupan ini. Ada baiknya kita mengevaluasi sudah seberapa banyak amal yang
telah kita lakukan untuk bekal kehidupan kita di akhirat kelak. Mari kita coba
membuat perhitungan sebelum Allah sendiri nanti yang menghitungnya di Yaumul
Hisab.
Kata hijrah berasal dari Bahasa Arab, yang
berarti meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat. Dalam konteks
sejarah hijrah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw bersama para sahabat beliau dari Mekah ke Madinah, dengan tujuan
mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at Islam.
(http://www.dakta.com/news/2947/makna-hijrah-dalam-kehidupan-seorang-muslim)
Dengan merujuk kepada hijrah yang dilakukan
Rasulullah Saw tersebut sebagian ulama ada yang mengartikan bahwa hijrah adalah
keluar dari “darul kufur” menuju “darul Islam”. Keluar dari kekufuran menuju
keimanan. Umat Islam wajib melakukan hijrah apabila diri dan keluarganya
terancam dalam mempertahankan akidah dan syari’ah Islam.
Ketika Rasulullah menyampaikan kepada Abu
Bakar bahwa Allah swt memerintahkannya untuk berhijrah, dan sekaligus
Rasulullah mengajak sahabatnya itu untuk berhijrah bersama, Abu Bakar menangis
karena kegirangan. Ia bergegas untuk membeli dua ekor unta dan menyerahkannya
kepada Rasulullah untuk memilih yang disukainya. Terjadilah dialog antara
keduanya : Kata Abu Bakar : aku tidak akan mengendarai unta yang bukan milikku,
unta ini kuserahkan untukmu. Jawab Rasulullah, baiklah, tapi aku akan membayar
harganya. Abu Bakar tetap menginginkan agar Rasulullah mau menerima unta
pemberiannya itu sebagai hadiah, namun nabi tetap menolaknya, akhirnya Abu
Bakar menyetujui sikap dan pendirian nabi. Tentu timbul pertanyaan, mengapa
nabi tetap ngotot untuk membelinya, bukankan Abu Bakar adalah sahabat beliau,
dan bukankah nabi sebelum, bahkan sesudahnya sering menerima hadiah dan
pemberian dari Abu Bakar? Disini terdapat suatu pelajaran yang sangat berharga.
Rasulullah saw. ingin mengajarkan kepada kita
bahwa untuk mencapai suatu usaha besar, dibutuhkan pengorbanan maksimal dari
setiap orang. Beliau bermaksud berhijrah dengan segala daya dan potensi yang
dimilikinya, tenaga, pikiran dan materi bahkan dengan jiwa dan raga beliau.
Dengan membayar harga unta itu nabi mengajarkan kepada Abu Bakar dan kepada
kita bahwa dalam mengabdi kepada Allah, hendaklah kita memaksimalkan segala
kemampuan dan potensi yang kita miliki.
Peristiwa lain yang menarik dari hijrah
Rasulullah adalah, ketika beliau akan beranghkat ke Madinah beliau memesan
keponakannya Ali bin Abi Thalib agar tidur di tempat pembaringan beliau, dan
berselimut dengan selimut beliau. Hal demikian beliau lakukan adalah untuk
mengelabui kaum musyrik Makkah. Ali pada hakikatnya mempertaruhkan jiwa raganya
demi membela agama Allah. Disini sekali lagi kita hendak memetik pelajaran dari
peristiwa ini, sebenarnya arti hidup ini bagi seorang Ali bin Abi Thalib
bukanlah apa-apa jika dibandingkan kecintaan kepada rasul, dia sanggup
marelakan hidupnya demi tegaknya agama Allah.
Berikut ini kutipan hadis Nabi mengenai
hijrah yang bersumber dari Umar bin Khattab yang mendengar langsung dari Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam .
“Segala amal itu tergantung niatnya, dan
setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya
kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya.
Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang
wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya.”
(Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907).
Bagi kita sebagai umat Islam, makna hijrah dalam
memperingati tahun baru Islam 1438 Hijriah ini adalah suatu bentuk perubahan,
berubah dari suatu keadaan yang jelek atau suatu keadaan yang buruk kepada
keadaan yang lebih baik. Perubahan pertama dan paling penting adalah perubahan
dari lorong kebodohan menuju cahaya ilmu
pengetahuan. Kebodohan sama dengan kebutaan, dan ilmu sejajar dengan
penglihatan, Kebodohan seperti kegelapan sedangkan ilmu adalah cahaya yang
terang. Kebodohan adalah terik yang membakar, dan ilmu adalah keteduhan yang
melindungi. Bodoh adalah kematian, dan ilmu adalah kehidupan.
Hijrah selanjutnya adalah keluar dari kubangan
dosa menuju gerbang taubat kepada Allah swt.
Siapa
saja yang mau berhijrah, Allah akan menerima hijrahnya.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى
أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah:
“Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53).
Tentu saja setelah berhijrah, seseorang harus punya tekad
menjadi baik dan bertekad tidak mengulangi lagi maksiat yang dahulu dilakukan.
Semoga
kita bisa semangat terus dalam berhijrah, menjadi lebih baik mulai saat ini dan
bisa terus istiqamah.
Komentar
Posting Komentar